Travelling ke Air Terjun Pumbunga di Saat Cuaca Buruk

Foto terbaik yang diambil dari sebuah perjalanan di cuaca yang tidak mendukung
(In picture, from left to right; Afdal, Mardis, Awi, Zul)

Cerita ini menggambarkan bahwa sebenarnya travelling itu adalah sebuah ketidakpastian hidup.

Dua hari sebelum ramadhan tiba, apalagi beberapa dari kami harus meninggalkan kota Makassar, kami pun berencana untuk membuat satu trip lagi. Karena trip sebelumnya di Lappa Laona terasa sangat mengasyikkan, kami ingin melakukan  trip selanjutnya

Suatu tempat yang sangat direkomendasikan oleh Mardis dan Afdal, sebuah air terjun yang masih belum diketahui banyak orang. Kami pun mulai melakukan pengamatan online dan mencari literatur mengenai tempat ini. Namanya Air terjun Pumbunga atau biasa dikenal dengan air terjun Bonto Somba, sekitar dua jam dari kota Makassar. Belum banyak yang telah mengunjungi tempat ini, bahkan untuk masuk ke tempat ini tidak dikenakan biaya sama sekali, jadi masih terbilang air terjun yang sangat alami. Tapi, pemandangan yang indah tentu tidak pernah murah. Untuk sampai kesini, terdapat kurang lebih 5 km jalan berbatu dan mendaki. Berulang kali, rekan kami yang dibonceng harus turun dari motor, jalan kaki hingga pendakian selesai. Saat itu kami menggunakan motor matic, yang sebenarnya medan ini lebih cocok untuk dilalui oleh motor trail.

Lokasi air terjun ini berbatasan dengan dataran tinggi lainnya seperti Malino dan Sinjai Borong. Untuk mencapai kesini, ada banyak rute pilihan, namun jalur yang kami pilih adalah melalui jalan Perintis kemerdekaan, masuk ke BTP, mentok kemudian belok kanan hingga dapat perbatasan Makassar - Maros. Selebihnya ikuti jalur google map. Pada perjalanan kali ini, bisa dibilang google map berkontribusi 40%, ingatan Afdal dan Mardis 40%, dan juga tanya warga 20%. Sumpah, ini jalanan, adalah jalanan yang sangat asing dan belum pernah saya lalui sebelumnya. Jalannya terbilang sangat bagus, tidak lebar, tapi kokoh dibangun menggunakan beton, dan masih sunyi. Di 5 km terakhir, perjalanan akan berbatu dan mendaki. Tapi, ini masih lebih baik saat jalan di Pettarani yang sementara dibangun dan dihadang oleh demonstran, haha.

Air terjun Pumbunga (Sumber: Google)

Diatas adalah foto air terjun ini, sungguh sangat indah bukan? Saking indahnya, kami tidak sempat untuk mengambil gambar sendiri. Bisa dibilang air terjun ini berakhir sangat mengerikan dalam perjalanan kami ini.

Sesampainya kami di pinggiran sungai dekat dari air terjun, kami terlebih dahulu makan diatas batu besar yang permukaannya relatif datar. Beberapa saat kemudian tetesan hujan mulai turun. Karena hujan semakin deras, akhirnya kami berteduh. Untung saja terdapat gapura/gazebo dekat dari air terjun ini. Disitu kami berteduh. Harapan kami, hujan ini akan sebentar saja, tapi ternyata hujan ini berlangsung sangaat lama. Saking lamanya, kami sampai basah, meskipun pada saat itu kami dibawah atap 4x4 meter. Hujannya sangat keras, menambah volume air pada saat itu. Air terjun yang awalnya berwarna kehijauan berubah menjadi coklat. Bahkan, batu tempat kami makan sebelumnya, tenggelam dan tidak nampak di permukaan.

Hujan keras yang mengguyur lokasi air terjun Pumbunga pada saat itu juga disertai dengan petir. Suaranya sangat keras dan menggema, memantul dari satu tebing ke tebing lain. Tidak hanya itu, ada satu petir yang menghantam sebuah bukit yang berjarak beberapa puluh meter dari pandangan kami. Karena suasana ekstrim ini, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari gazebo dan menuju parkiran motor. Hujan yang masih deras saat itu terpaksa kami tembus untuk keselamatan diri kami. Kami khawatir jika kami tetap berada di gazebo tersebut, dan hujan masih terus seperti itu, kami bisa tersapu oleh aliran sungai yang sangat deras.

Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir motor kami, petir berulang kali bunyi. Untuk menghindari ini semua, kami harus jalan tidak lebih tinggi dari semak belukar. Jalan kami harus jalan jongkok persis seperti pengkaderan jaman mahasiswa dulu. Tapi pengkaderan ini jelas dikader oleh alam. Tidak berhenti disitu, track yang sebelumnya mulus, berganti menjadi sungai kecil yang mempunyai arus yang kuat. Saking kuatnya, kami harus berpegangan tangan agar tidak terseret arusnya.

Kisah unik perjalanan ini pun semakin terasa, manakala kita sampai di sebuah rumah kosong, tempat kami istirahat sementara. Saat jalan pulang, kami bertemu dengan seorang pedagang siomay (In Chinese: Xioa Mi), yang tentu saja berita baik bagi kami. Siomaynya enak karena dimakan seusai perjalanan jalan kaki di kondisi basah setelah menembus hujan. Unik karena pedagang ini menjual di tempat yang tidak mempunyai banyak penduduk. Saat kami tanya, "habis ini mau ki kemana mas?", si Mas-nya menjawab, "mau kesana", menunjuk ke arah bukit yang katanya masih ada tiga dusun. Saat saya melihat ke arah sana, jumlah rumah bisa dihitung jari. Hanya tiga rumah yang terlihat di depan mata saya. Sungguh dalam hati saya berkata, luar biasa semangat bisnisnya ini Mas. hahaha.

Kisah pilu tidak berhenti sampai disini, ketika kami pulang, jalanan yang kami lalui licin terjal dan berbatu. Beberapa jalan harus terpotong karena arus sungai. Saat kami terpaksa melaluinya, motor Afdal sesaat mogok setelah knalpotnya terendam air. Tapi alhamdulillah setelah dipanaskan, motor kembali dapat digunakan. Saya dan Mardis terpaksa pulang tanpa sandal, setelah sandal kami terbawa arus sungai. Di sepanjang perjalanan, saya masih bingung, "kenapa tadi ada mas Siomay, sementara pemukiman di sepanjang jalan yang ku-lalui ini sangaat kurang". Ntahlah.

Yang terpenting dari ini semua adalah, bahwa iklim sudah sangat sulit untuk diprediksi. Dulu waktu, (waktu dak tahu kapan, yang jelas waktu masih saya suka power rangers), belajar geografi, bulan Mei itu pasti udah masuk kemarau. Wah, ternyata ini sudah tidak berlaku lagi. Cuaca yang sebelumnya panas terik, bisa seketika berubah menjadi hujan lebat.

Travelling dengan pemandangan indah memang selalu dirindukan siapa saja, tapi travelling berbahaya ini tentu akan lebih kuat terukir dalam ingatan ini.

Hal yang membuat saya bangga selain dari perjalanan ini adalah, kami semua sepakat bahwa seluruh yang dibawa harus dibawa pulang. Seluruh kemasan dari makanan dan minuman kami harus dibawa pulang kembali ke kota dan menjauhi dari alam. Ini adalah bagian dari penerapan WastEducation kami. Sangat sayang, tempat-tempat seperti air terjun ini dipenuhi dengan sampah.

Sudah tahu mau kemana? Kemana pun kamu pergi, pastikan tujuan itu harus fun. Sempatkan juga jalan - jalan. Ada banyak tempat yang bisa kamu kunjungi di Sulawesi Selatan. Gak tahu mau kemana? Mungkin vlog travel ku di bawah ini dapat memberimu inspirasi. Check it guys!




See you di travelling menakjubkan berikutnya!

 Sewa alat Outdoor Makassar

Comments

Popular posts from this blog

IELTS Academic Writing Task 1 - Map

IELTS Writing Task 1 - Process

Naik pete-pete apa ke Mall Panakkukang?