Camping di Lappa Laona Barru
Travelling ke Lappa Laona |
Foto diatas diambil menggunakan gopro. Lihat tempat sewa gopro disini.
Ada yang kepikiran jalan-jalan ke Lappa Laona? Sebelumnya saya tidak pernah kepikiran untuk jalan-jalan kesana, hingga dua teman baik, yakni Afdal dan Mardis, mengajak saya untuk merasakan sensasi yang kata mereka sih mirip-mirip New Zealand.
Perjalanan kami tempuh dari tempat masing-masing di Makassar. Benar-benar serba last minute pokoknya. Meskipun ini sudah kita rencanakan sejak dua minggu sebelumnya, tapi persiapan benar-benar dilakukan pada hari Jumat pagi, yakni hari pada saat kami mulai perjalanannya. Malam Jumat seluruh perlengkapan di-list, jumat pagi lengkapi persiapan, dan kemudian memulai perjalanan setelah makan siang dan sholat Jumat. Kami berencana untuk menghabiskan waktu semalam, dan akan balik ke Makassar pada Sabtu malam.
Untuk persiapan, tidak perlu mempersiapkan peralatan trekking siap tempur, karena akses Lappa Laona sudah terbilang bagus untuk dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Bahkan dalam perjalanan kami ini, kami membawa tabung gas, dan galon, which is menurut saya camping ini terkesan tidak survival, berbeda saat camping di Bulusaraung. Haha.
Guys, Lappa Laona ini masuk dalam wilayah kabupaten Barru, desa Harapan, kecamatan Tanete Riaja. Meskipun berada di kabupaten Barru, tapi sebenarnya ini udah daerah perbatasan antara kabupaten Soppeng dan Bone.
Lappa Laona, padang rumput yang berada di ketinggian |
Perjalanan ditempuh sekitar empat jam. Jalurnya melewati jalan poros Bulu Dua. Perjalanan setelah masuk poros Bulu Dua akan mendaki khas pegunungan dilengkapi dengan banyak jalan zig-zig, jadi kecepatan harus disesuaikan. Jalur masuk Lappa Laona ini tepat berada di sebelah kanan, sebelum pintu gerbang kabupaten Soppeng. Ketika masuk ke lorong Lappa Laona, perjalanan akan memakan waktu sekitar 30 menit hingga sampai menuju gerbang Lappa Laona. Jalannya sudah di-beton, meskipun terdapat beberapa jalan yang masih ditutup dengan tanah liat dan batu, khususnya ketika telah mendekati puncak. Meskipun jalannya terbilang lumayan sempit serta harus mendaki gunung melewati lembah, tapi, kami disuguhkan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk di sepanjang perjalanan.
Ketika sampai di Lappa Laona, akan ada portal yang dijaga oleh warga setempat yang menandakan bahwa kita telah berada di gerbang masuk Lappa Laona. Akan ada biaya parkir disini, dan harganya, Ya Allah, masih patut disyukuri, karena hanya dua ribu rupiah. Beruntung kami ini, yang datang sebelum kapitalisme masuk ke wilayah ini. Karena pasti dalam waktu dekat, tempat ini akan diprivatisasi dan dikenakan biaya masuk yang lumayan besar.
Setelah masuk di gerbang Lappa Laona, akan disuguhi padang rumput yang luas. Persis dengan makna dari nama Lappa Laona ini yakni, "Lapangan seluas mata memandang". Dan betul, saya merasa seperti "in the middle of nowhere". Saat itu kami sampai sekitar jam 18.30. Langit sudah gelap, dan kami harus memasang tenda dan menyiapkan makanan. Untung saja kami membawa satu headlamp dan lampu portable yang membantu pencahayaan kami. Kompor gas yang telah di-tes sebelum keberangkatan, memudahkan kami dalam menyiapkan makanan.
Bumi Lappa Laona yang sangat indah |
Di malam hari, Lappa Laona akan sangat berangin, menjadikan proses pemasangan tenda dan memasak sangat menantang. Beberapa kali, tenda kami terbang, bahkan satu frame tenda kami sampai pecah dan membuat bentuk tenda tidak terlalu seimbang. Oleh sebab itu, tenda yang kami bangun, harus ditancap kuat ke tanah agar tidak terbang. Dan, ternyata tenda yang kami sewa, tidak dilengkapi dengan penancap besi. Syukurlah, Afdal membawa parang dan Mardis membawa pisau sabit, sehingga kami bisa membuat penancap dari kayu pohon yang berada di sekitar lokasi.
Liat kan, tenda kami dimana? |
Setelah tenda selesai, makanan pun sudah dihidangkan oleh master chef kami, kanda Awi. Menu hidangan yang kami makan adalah, Nasi + Mie Instan + Ikan sarden kaleng, yang sangat sederhana, tapi rasanya seperti makanan hotel bintang lima. Tiap kali saya camping di alam terbuka, saya selalu merasa tempat ini sangat mahal. Mulai dari tenda sederhana, yang melebihi kenikmatan hotel bintang lima, langit yang diterangi rembulan, karpet hijau aroma khas rerumputan, hingga suasana ekslusif di tempat yang luas, dihembus oleh Air Condition alam yang sangat segar. Sungguh suasana yang tiada banding dengan perkotaan. Malam pun semakin indah karena dilengkapi dengan tawa dan canda serta berbagi kisah dari kita semua. Suasana yang tenang, benar-benar membawa kondisi yang pas untuk berbagi kisah dan tawa.
Berencana travelling? Mungkin ada baiknya mempersiapkan alat terlebih dahulu.
Behh ndk na ajakki kandayya wkwkwkkwk.
ReplyDeletePiizzz🤣
Sebenarnya diajak ja juga ini, dan juga sebenarnya dadakan sih. Hahaha.. Next time dinda, kita explore tempat-tempat yang lain.
ReplyDeleteKamar mandi umum tersedia ngga kk?
ReplyDeleteWaktu itu sudah tersedia sih kak.. Cuman tidak dikelola dengan baik. Bangunannya sih ada. Cuman kendalanya adalah biasanya airnya habis. Tapi gak tahu kalo sekarang, mungkin sudah lebih bagus.
Delete