Naik Damri Makassar - Parepare

Naik Bus dari Makassar ke Pare-pare

Okay, mumpung masih suasana lebaran toh, jadi saya mau menceritakan pengalaman mudik saya menggunakan bus damri dari Makassar ke Pare-pare. Sebenarnya berawal dari mager (alias malas gerak) bawa motor plus memang pada hari itu masih sangat ngantuk, jadi saya memutuskan untuk naik transportasi umum. Dulu pernah naik mobil panther, tapi rasanya kenapa tidak nyaman yah. Jadi saya mau mencoba alternatif lain yakni naik bus damri.

Untuk menggunakan bus damri keberangkatan Makassar tujuan pare-pare akan lebih mudah untuk berangkat dari terminal terlebih dahulu. Ada dua opsi, yakni terminal toddopuli (Lihat lokasinya disini), dan terminal di daya, terserah dari lokasi terdekat dari rumah Anda. Tapi, saya menyarankan untuk mengambilnya di toddopuli saja karena ini merupakan titik keberangkatan pertama, jadi akan lebih bebas untuk memilih tempat duduk yang diinginkan, favorit saya tentu dekat jendela. Apalagi di musim mudik seperti ini, dimana penumpang sangat membludak. Jika, busnya sudah standby maka bisa langsung naik ke bus, tapi jika belum ada bus biasanya menunggu dulu di Halte. Perlu diingat bahwa jadwal keberangkatan bus ini menyesuaikan dengan jumlah penumpang, jika penumpangnya dianggap sudah cukup, baru bus akan berangkat. Namun, jam operasi bus ini hanya dari pagi dimulai dari pagi (paling awalnya sih jam 7.30, hingga sore sekitar jam 4 sore). Untuk pembayaran, tarif per Juni 2019 adalah 42.000 ribu rupiah per kursi. Pembayaran tiket nanti akan dilakukan diatas bus.

Sepanjang perjalanan menuju Pare-pare, nantinya kita boleh turun dimana saja sepanjang jalan poros Makassar - Pare-pare. Turun di kabupaten Barru juga tidak ada masalah. Kalo udah mau turun, teriak aja kiriiii!!, kalo bapak pengemudinya tidak dengar bisa juga sambil tepuk tangan yang keras. Hahaha..

Perlu diingat bahwa, biasanya bus damri tidak turun di rumah makan manapun, jadi ada baiknya untuk mempersiapkan makanan dari rumah. Namun, biasanya bus singgah ke masjid, seperti dalam perjalanan saya yang singgah di masjid untuk sholat Jumat. Atau kadang juga singgah di warung yang menu makanannya terbatas.

Untuk yang berangkat dari Pare - pare bisa naik bus dari tempat pemberhentian bus, lihat petanya disini. Bus berhenti di pinggir jalan, yang nantinya sebenarnya akan berangkat ke terminal. Namun, saat bus masuk ke terminal, tidak ada terlihat penumpang, terminalnya sangat sepi, hanya terlihat beberapa petugas namun minim penumpang. Jadi saya sarankan menunggu di tempat pemberhentian bus.

Untuk bus yang saya naiki dari pare-pare, interior busnya agak berbeda. Jika pada bus Makassar-pare, tempat duduk busnya soft dan nyaman, namun, untuk bus Pare-pare tujuan Makassar, kursinya agak keras (Lihat gambar dibawah). Waktu tidur saat perjalanan, kepala sering terbentur ke kursinya, lumayan pedis juga kadang-kadang. Perbedaan kedua, jika bus Makassar ke pare-pare tidak singgah di warung, bus yang dari Pare-pare ke Makassar sempat singgah di warung penjual dange, yang menurutku harganya pas plus makanan ini adalah jajanan tradisional warga sekitar, sangat recommended lah untuk dicoba.

Bagian dalam dari bus

Sebagai bagian dari blog ini, saya sekalian mau review nih armada dari PT Damri ini. Jika dibandingkan dengan opsi naik panther, berikut perbandingan antara damri dan panther.

1. Murah

Sebagai perbandingan antara panther dan bus, bus tentu lebih murah. Bus hanya 42 ribu sementara panther sekitar 60 ribu

2. Kursi Nyaman

Kursi bus bisa dibilang lebih bagus dari segi privacy. Kursimu mempunyai teritori sendiri. Hahaha. Kalo panther, karena jok mobil, kalo kamu kurus, yah jatahmu bisa diambil oleh orang yang agak besar di sebelahmu. Hahaha.

3. Ber-AC

Meskipun AC nya tidak sekuat bus ke toraja atau palopo, tapi udah cukup memberi kenyamanan. Dibandingkan dengan panther misalnya yang tidak pake AC, hanya mengandalkan angin yang masuk ke mobil.

4. Kecepatan kendaraan

Dalam hal kecepatan, panther akan melaju lebih cepat dibandingkan bus. Maklum lah yah, bus ukuran kayak bagaimana. Yah, gak mungkin juga mau dibandingkan antara panther dan gajah, iya kan? Tapi perbedaan kecepatannya menurutku tidak terlalu signifikan.

5. Singgah di rumah makan

Seperti telah disinggung diatas, bus damri pada umumnya tidak singgah di rumah makan. Kalo pun singgah, hanya singgah di warung yang harganya pas dikantong lah. Sementara panther pasti singgah di rumah makan yang telah mempunyai kerja sama khusus, dan menurutku harganya juga tidak ramah kantong.

Begitulah kurang lebih perbandingan kedua armada ini. Apapun kelebihan dan kekurangannya, memilih public transport (transportasi umum) selain bisa lebih enjoy, kita juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon. Teman-teman udah tahu kan, kalo salah satu penyebab pemanasan global adalah penggunaan energi fosil yang berlebihan. Tapi, saya juga tidak mau menyarankan untuk naik sepeda dari Makassar ke Pare-pare. Hehehe.

Oh iyah, tidak lama lagi rute Makassar - Pare-pare akan bisa dilalui dengan kereta api. Mari kita doakan semoga pembangunannya cepat selesai yah.

Buat yang telah tiba di Makassar, ada beragam pilihan bagaimana cara mengeksplor kota ini. Salah satu yang paling recommended bagi saya adalah dengan menyewa motor harian. Di link ini, saya ingin merekomendasikan tempat menyewa motor yang terbaik di Makassar. Check that out guys!

Sekian dulu tulisan dari saya, see you dalam artikel selanjutnya.

Enjoy South Sulawesi

Masih tetap scroll down? Oh iyah, saya adalah pecinta transportasi umum. Dalam tulisan lain saya juga menceritakan dan me-review pengalaman saya menggunakan transportasi umum. Yuk baca tulisan lain saya seperti:

1. Pengalaman menggunakan bus dua lantai Borlindo menuju Palopo.
2. Pengalaman menggunakan pete-pete ke Mall Panakukkang.

3. Pengalaman menggunakan bus Bandara UPG - pusat kota Makassar

4. Angkot alias pete-pete UNM - UNHAS

5. Rental Sepeda Makassar

6. Terminal favorit saya di Jakarta