Belajar IELTS untuk Pertama Kalinya

Related image
Sumber: Hotcourses Indonesia

Sebelumnya saya telah pernah ikut try out IELTS. Tapi itu accidentally ketika diajak teman. Hasil test-nya? Lumayan, rata-ratanya 6, dan itu pada tahun 2014, 4 tahun yang lalu. Angka 6 sungguh sangat membuatku bangga pada saat itu. Karena beberapa persyaratan beasiswa menerima nilai 6.5, which is udah dekat banget. Kemudian, pada tahun 2016, saya tes TOEFL PBT (Paper Based Test), dan nilai akhir saya adalah 557. Yang konon, setara dengan IELTS 6.5. Entah kebetulan apa tidak, hasil tersebut persis sama dengan nilai Try Out sebelumnya, meskipun nilai tiap section-nya berbeda-beda, tapi hasil akhirnya sama persis. Well, berbekal dari pengalaman ini saya percaya bahwa nilai tes pasti tidak jauh dari nilai try out, baik yang dilaksanakan otodidak ataupun TO (singkatan try out) di instansi tertentu. Oleh karena itu mulai hari ini saya ingin belajar otodidak (sama seperti ketika saya mendalami TOEFL PBT dulu).

Ada yang bilang kalo udah terbiasa menggunakan bahasa inggris pasti tidak kesusahan dalam tes IELTS. Dan saya membuktikan bahwa itu tidak benar, hahaha. Setidaknya berdasarkan pengalaman pribadi, hasil dari mengerjakan soal IELTS hari ini. Meskipun telah mengikuti berbagai macam program international dan presentasi bahasa inggris di beberapa kesempatan, namun saya masih kewalahan dalam mengerjakan soal IELTS.

Nah, berikut mungkin sedikit hasil try out saya. Saya mengambil sampel beberapa hari try out IELTS sendiri. Nah, bagi teman-teman sendiri kalo mau try out sendiri, bisa melalui cara online. Langsung saja ke situs ini yah. Disitu banyak terdapat soal-soal gratis. So, setelah mengerjakan di situs tersebut, ini-lah hasilnya.

Hari ini saya menghabiskan waktu 3 jam untuk menjawab 120 soal. Hasilnya? Jawaban Benar 61 dan jawaban salah 59. Kalo di konversi dapat berapa yah? kasarnya sih dapat 5.6. Menurun dari 4 tahun yang lalu. Wow.

Belajar IELTS tak segampang perkiraanku
Dulu saya berpendapat bahwa TOEFL PBT lebih sulit dari IELTS. Tapi malam ini berubah. Nah, berbeda dengan TOEFL yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, IELTS lebih bernuansa British. Jujur saja, saya lebih terbiasa mendengarkan aksen Amerika, mulai dari media, youtube channel yang selalu saya nonton, hingga pengalaman exchange kemarin di University of Montana.

Alasan kedua, IELTS lebih ke praktikal. Berbeda dengan TOEFL yang memilih opsi, beberapa soal IELTS menuntut kita untuk menuliskan jawabannya alias menuliskan redaksi katanya. Sebagai contoh pada soal nomor satu yang saya kerjakan, jawabanku salah, hanya karena kelebihan satu huruf. Jawaban yang saya tulis adalah Richard, namun jawaban yang benar adalah Ricard. Saya belum terlatih untuk lebih attentive saat speaker mengeja huruf per huruf. Dalam beberapa soal, speaker juga membacakan angka, yang diluar dugaanku, saya salah dalam menjawabnya. Luar biatsah!

Ketiga, karena beberapa jawaban dituliskan langsung katanya, beberapa kali saya salah karena pemilihan kata yang tidak tepat. Sebagai contoh pada soal listening, sembari mendengarkan speaker, saya fokus ke pertanyaan dan menjawabnya ketika mendapat point dari pembicaraan speaker. Nah, setelah cukup memahami alur pembicaraan, saya menuliskan jawaban yang dalam bahasa Indonesia mencatat. Kalo menurut kalian, bahasa Inggris mencatat itu apa? saya tuliskan jawabannya adalah note. Dan ternyata jawaban yang benar adalah record. Sebenarnya sepele, tapi turut berkontribusi mengurangi point-ku. Hahahah. Trus, ini yang saya bingung, beberapa dari jawaban saya tuliskan dalam bentuk singular, tapi di kunci jawabannya adalah plural, ini terhitung benar atau salah sih? yang tahu mohon komen dibawah yah.

Next, Reading section pada IELTS lebih panjang dari TOEFL PBT. Bisa bosan banget bacanya, apalagi kosakata yang digunakan bersifat academic writing, yang kadang kala membuat saya bingung. Apalagi kalo topiknya tidak familiar, misalnya kesehatan. Jenis pertanyaannya sangat beragam. Kalo pada TOEFL PBT semua soalnya adalah pilihan ganda, di reading section IELTS, ada tiga jenis (yang saya tahu sejauh ini), yang pertama adalah matching atau mencocokkan, kemudian ada juga yang pilihan ganda, dan yang paling tricky adalah pertanyaan TRUE, FALSE, NOT GIVEN. Bentuk lainnya YES, NO, NOT GIVEN. Ini sangat tricky.

Selain pertanyaan Listening dan Reading, ada juga soal writing dan speaking, yang jujur saja, saya belum tahu bagaimana cara mereka menilai.

Last, kalo kalian punya ambisi yang kuat untuk melanjutkan pendidikan terutama ke Luar Negeri, IELTS adalah syarat yang wajib (Meskipun beberapa beasiswa cukup dengan mencantumkan TOEFL PBT). Untuk LPDP reguler, IELTS adalah syarat yang wajib, oleh karena itu ada baiknya fokus ke IELTS dulu kemudian mendaftar beasiswa LPDP. Untuk teman-teman yang juga bertarung dalam pendaftaran LPDP tahun ini, tetap semangat, ajak saya juga kalo ada belajar bareng yah.

Hari Kedua belajar IELTS
Kalo hari pertama nilaiku rata-ratanya 5, di hari kedua saya ada peningkatan. Hasiiek. Well, hari pertama dan hari kedua saya hanya berfokus pada Reading dan Listening, yang keduanya bisa saya ukur salah dan benarnya (Kalo Listening dan Speaking, saya rasa ada cara menilainya sendiri). Okay, di hari kedua ini nilaiku meningkat guys. Dari 40 soal listening yang saya kerjakan, jumlah soal yang benar adalah 29 nomor, dan salah 11 nomor. Trus, 40 soal reading, jawaban yang benar 28 dan salah 11. Rata-rata nilainya adalah 7.1 compared to yesterday that just 5.6. Yippie, Alhamdulillah. Wah wah, jadi sebenarnya soal IELTS ini kuncinya adalah membiasakannya saja.

Dan, hari Ketiga 
Hari ketiga belajar IELTS memberikan nilai yang sangat bagus, bahkan nilai yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Nilai rata-rata yang saya peroleh adalah 8.25, hasil dari 80 pertanyaan, Listening dan Reading masing-masing 40 pertanyaan. Pada section Listening bahkan hanya ada 4 soal yang salah, sementara reading terdapat 10 nomor salah. Pada soal Reading, jenis pertanyaan yang paling tricky adalah TRUE, FALSE, NOT GIVEN. Masih sementara saya pelajari perbadaan yang paling kentara antara False dan Not Given. Dari 10 pertanyaan yang salah pada section reading, empat diantaranya adalah empat soal terakhir. Hal ini dipengaruhi karena semakin tinggi nomor soal, maka semakin tinggi tingkat kesulitannya. Passage-nya juga terbilang sulit untuk dipahami, apalagi pessage tersebut tidak terlalu diminati. Passage terakhir pada soal reading ini adalah mengenai Artificial Intelegence.

Ini hanya 3 hari dari seluruh total persiapan saya selama satu bulan lebih. Tentu banyak ups and downs dari hasil try out mandiri ini. Lalu berapa hasil akhir yang saya dapatkan?

Pokoknya tidak sia-sia. Sertifikat IELTS-ku akhirnya bisa membuatku lulus pada suatu program luar negeri. Baca kisahnya disini.

Saya juga punya tulisan di blog ini yang membahas tentang TOEFL ITP. Check it out here!

Juga, saya ada beberapa tulisan hasil koreksi dari dosen saya di University of Auckland. Mungkin bisa sebagai refrensi untuk belajar mengenai menempatkan grammar yang tepat pada tulisan. Cek tulisannya di link dibawah ini.
Grammar Correction 1 (Ringkasan New Zealand Waste Crisis)
Grammar Correction 2 (Surat lamaran kerja in English)
Grammar Correction 3 (Membuat surat complain in English)
Grammar Correction 4 (Tugas membuat summary - Hugo Chavez)

Comments

Popular posts from this blog

IELTS Academic Writing Task 1 - Map

IELTS Writing Task 1 - Process

Naik pete-pete apa ke Mall Panakkukang?